Ini adalah kisah hidupku ketika aku terinfeksi HIV. Aku nggak pernah menyangka akan terjangkit. Sukar untuk dipercaya. Aku merasa terpukul! Kenapa terjadi pada diriku...? Dosa apa yang telah kulakukan hingga terkena HIV?
Aku marah sekali dan ketakutan. Kupikir aku akan mati. Nggak bisa
kerja... mau ketemu orangpun segan. Hubungan dengan pacarku jadi
berantakan. Mulanya aku menyalahkan dia, terus yang lainnya,
sampai-sampai semua orang kusalahkan termasuk keluargaku.
Akhirnya aku nyalahin diri sendiri, aku merasa depresi dan kesepian.
Tadinya kupikir kalau bersentuhan dengan orang lain, aku akan
mencelakakan orang itu. Aku merasa diriku kotor dan nista serta tidak
berharga lagi.
Lebih parah lagi aku dalam kondisi kesehatan yang terus menurun, menjadi kesulitan mau
menjelaskan ke dokter mengenai perasaanku. Untung dokter yang menanganiku sabar
sekali, dia menjelaskan tentang pengobatan dan grup pendukung (KDS).
Sebenarnya ketika aku malas pergi ke grup/komunitas pendukung (KDS) tersebut. Aku enggan
untuk bertemu orang lain yang juga positif HIV… selain itu malu dengan keadaan yang ku alami. Aku juga nggak mau mendengar cerita sedih
mereka, karena seperti melihat diriku sendiri di kaca.
Namun akhirnya aku menerima kenyataan dan ini merupakan juru penolong.
Mulanya aku menganggap musuh pada virus yang telah berdiam dalam
tubuhku. Seolah dalam suasana perang dimana aku harus bertahan terhadap virus
ini. Aku membenci HIV dan pada semua orang, juga terhadap diriku
sendiri.
Lama kelamaan aku menyadari, bahwa virus bukanlah musuh, aku mulai menjadi
terbiasa untuk menerimanya sehingga telah membantuku untuk mencintai
diriku kembali yang mengakibatkan ketentraman dan bangkitnya semangat dalam hidupku. Kurubah
cara pandangku untuk membunuh virus-virus itu dengan cara yang lebih
bersahabat, dengan membayangkan seolah obat-obatan itulah yang
membersihkan virus-virus.
Dengan menerima kenyataan ini, aku pun dapat menerima keadaan orang lain. Aku mulai bisa meminta pelayanan yang kuperlukan dengan bantuan juru bahasa atau memberanikan menanyakan sendiri hal-hal yang sederhana, biasanya orang-orang akan membantu. Dan aku bisa bercurah rasa dengan orang positif lainnya, dan para petugas kesehatan. Sekarang aku banyak teman baru yang mau mengerti dengan keadaanku.
Dengan menerima kenyataan ini, aku pun dapat menerima keadaan orang lain. Aku mulai bisa meminta pelayanan yang kuperlukan dengan bantuan juru bahasa atau memberanikan menanyakan sendiri hal-hal yang sederhana, biasanya orang-orang akan membantu. Dan aku bisa bercurah rasa dengan orang positif lainnya, dan para petugas kesehatan. Sekarang aku banyak teman baru yang mau mengerti dengan keadaanku.
Perjalanan hidupku unik. HIV telah mengajarkan banyak hal-hal yang bermanfaat. Dokter menerangkan tentang pentingnya manfaat ART (Anti Retroviral Terapi), bagaimana cara-cara meminum obat-obat ARV. Aku belajar merawat dan menjaga diri sendiri, serta belajar untuk melakukan hubungan seks yang aman. Aku bahagia sekali karena cukup kuat untuk bertahan, bukan hanya terhadap HIV saja, tetapi juga kekuatan dalam menghadapi diskriminasi dan suasana ketakutan yang ditimbulkan oleh virus HIV.
HIV bukan musuhku. Ketidak perdulian, diskriminasi dan ketakutan
itulah musuh utamaku.HIV telah menimbulkan keinginanku untuk mengurangi
diskriminasi dengan cara menceritakan pengalaman hidupku. Aku memutuskan terlibat pada komunitas yang lebih besar lagi yaitu pada kelompok penggagas Yayasan Batamang Plus Manado untuk bisa berdaya dan bisa berbagi pengalaman bagi orang-orang yang mengalami hal sama dengan apa yang aku alami di kota Bitung di nama tempat aku tinggal sekarang. Aku
rasanya ingin memberikan sesuatu yang berguna informasi dan dukungan bagi komunitasku sekarang KDS Tatuari Support dengan
meningkatkan pengertian akan HIV/AIDS, mulai dari bagaimana cara penularannya, pengobatan dan perawatan serta pencegahannya.